Arema FC (dahulu bernama
Arema Malang), atau biasa disebut dan dikenal sebagai Arema, adalah sebuah klub
sepak bola yang berasal dari
Malang,
Jawa Timur,
Indonesia. Arema didirikan pada tanggal
11 Agustus 1987, Arema mempunyai julukan
"Singo Edan". Dalam
Liga 1, Arema ber-
"home base" di
Stadion Kanjuruhan,
Kabupaten Malang dan
Stadion Gajayana,
Kota Malang. Arema adalah tim sekota dari
Persema Malang,
Persekam Metro, dan
Malang United.
Sejak hadir di persepakbolaan nasional, Arema telah menjadi ikon dari warga
Malang Raya (
Kota Malang,
Kabupaten Malang,
Kota Batu) dan sekitarnya. Sebagai perwujudan dari simbol Arema, hampir di setiap sudut kota hingga gang-gang kecil terdapat patung dan gambar singa.
[1] Kelompok suporter mereka dipanggil
Aremania dan
Aremanita (untuk pendukung wanita)
Nama Arema adalah legenda Malang. Adalah
Kidung Harsawijaya yang pertama kali mencatat nama tersebut, yaitu kisah tentang Patih
Kebo Arema di kala
Singosari diperintah
Raja Kertanegara. Prestasi Kebo Arema gilang gemilang. Ia mematahkan pemberontakan Kelana
Bhayangkara seperti ditulis dalam Kidung Panji Wijayakrama hingga seluruh pemberontak hancur seperti daun dimakan ulat. Demikian pula pemberontakan Cayaraja seperti ditulis dalam Kitab
Negarakertagama. Kebo Arema pula yang menjadi penyangga politik ekspansif
Kertanegara. Bersama Mahisa Anengah, Kebo Arema menaklukkan
Kerajaan Pamalayu yang berpusat di
Jambi. Kemudian bisa menguasai
Selat Malaka. Sejarah heroik Kebo Arema memang tenggelam. Buku-buku sejarah hanya mencatat Kertanegara sebagai raja terbesar
Singosari, yang pusat pemerintahannya dekat
Kota Malang.
Sampai akhirnya pada dekade 1980-an muncul kembali nama Arema. Tidak tahu persis, apakah nama itu menapak tilas dari kebesaran Kebo Arema. Yang pasti, Arema merupakan penunjuk sebuah komunitas asal Malang. Arema adalah akronim dari
Arek Malang. Arema kemudian menjelma menjadi semacam "
subkultur" dengan identitas, simbol dan karakter bagi masyarakat Malang. Diyakini, Arek Malang membangun reputasi dan eksistensinya di antaranya melalui musik rock dan olahraga. Selain tinju, sepak bola adalah
olahraga yang menjadi jalan bagi arek malang menunjukkan reputasinya. Sehingga kelahiran tim sepak bola Arema adalah sebuah keniscayaan.
Arema Football Club (Persatuan Sepak Bola Arema, nama resminya) lahir pada 11 Agustus 1987, dengan semangat mengembangkan persepakbolaan di Malang. Pada masa itu, tim asal Malang lainnya
Persema Malang bagai sebuah magnet bagi Arek Malang. Stadion Gajayana – home base klub pemerintah itu – selalu disesaki penonton. Di mana posisi Arema waktu itu? Yang pasti, klub itu belum mengejawantah sebagai sebuah komunitas sepak bola. Ia masih jadi sebuah “
utopia”.
Adalah
Acub Zaenal mantan
Gubernur Irian Jaya ke-3 dan mantan pengurus PSSI periode 80-an yang kali pertama punya andil menelurkan pemikiran membentuk klub
Galatama di kota Malang setelah sebelumnya membangun klub
Perkesa 78 bersama Dirk “Derek” Sutrisno (Alm), pendiri klub
Armada ‘86.
Berkat hubungan baik antara Dirk dengan wartawan olahraga di Malang, khususnya sepak bola, maka SIWO PWI Malang mengadakan seminar sehari untuk melihat "Sudah saatnyakah Kota Malang memiliki klub Galatama?" Drs. Heruyogi sebagai Ketua SIWO dan Drs. Bambang Bes (Sekretaris SIWO) menggelar seminar itu di Balai Wartawan Jl. Raya Langsep, Kota Malang dengan tema "Klub Galatama dan Kota Malang", dengan nara sumber antara lain; Bapak Acub Zainal (Administratur Galatama), dari Pengda PSSI Jatim, Komda PSSI Kota Malang, dan Dr. Ubud Salim, MA. Acara itu dibuka oleh Bapak Wali kota Tom Uripan (Alm). Hasil atau rekomendasi yang didapatkan dari seminar yaitu: Kota Malang dinilai sudah layak memiliki sebuah klub Galatana yang professional.
Harus diakui, awal berdirinya Arema tidak lepas dari peran besar Derek dengan Armada 86-nya. Nama Arema awalnya adalah Aremada, yaitu gabungan dari Armada dan Arema. Namun nama itu tidak bisa langgeng. Beberapa bulan kemudian diganti menjadi Arema`86. Sayang, upaya Derek untuk mempertahankan klub Galatama Arema`86 banyak mengalami hambatan, bahkan tim yang diharapkan mampu berkiprah di kancah Galatama VIII itu mulai terseok-seok karena dihimpit kesulitan dana.
Dari sinilah, Acub Zaenal lantas mengambil alih dan berusaha menyelamatkan Arema`86 supaya tetap survive. Setelah diambil alih, nama Arema`86 akhirnya diubah menjadi Arema dan ditetapkan pula berdirinya Arema Galatama pada 11 Agustus 1987 sesuai dengan akta notaris
Pramu Haryono SH–almarhum–No 58. Penetapan tanggal 11 Agustus 1987 itu, seperti air mengalir begitu saja, tidak berdasar penetapan (pilihan) secara khusus.
Dari pendirian bulan Agustus itulah kemudian simbol
Singo (Singa) muncul. Agustus itu identik dengan Zodiac Leo atau Singo (sesuai dengan horoscop).
Di awal keikutsertaan Arema di Kompetisi Galatama, gerilya mencari pemain dilakukan satu bulan sebelum Arema resmi didirikan. Pemain-pemain seperti
Maryanto (Persema),
Jonathan (Satria Malang),
Kusnadi Kamaludin (Armada),
Mahdi Haris (
Arseto),
Jamrawi dan
Yohanes Geohera (
Mitra Surabaya), sampai kiper
Dony Latuperisa yang kala itu tengah menjalani skorsing PSSI karena kasus suap, direkrut. Pelatih sekualitas
Sinyo Aliandoe, juga bergabung. Hanya saja, masih ada kendala yakni menyangkut mess pemain. Beruntung,
Bandar Udara Abdul Rachman Saleh mau membantu dan menyediakan barak prajurit
Paskhas TNI AU untuk tempat penampungan pemain. Selain
barak, lapangan Pagas Abdurrahma Saleh, juga dijadikan tempat berlatih. Praktis
Maryanto dan kawan-kawan ditampung di barak.
TNI-AU memberikan andil yang besar pada Arema.
Sempat ada kendala, yakni masalah dana, masalah utama yang kelak terus membelit Arema. Sepulang dari Jakarta, Acub Zaenal sepakat menjadi penyandang dana.
Prestasi Arema bisa dibilang seperti pasang surut, walaupun tak pernah menghuni papan bawah klasemen, hampir setiap musim kompetisi Galatama, Arema F.C. tak pernah konstan di jajaran papan atas klasemen. Namun demikian pada tahun 1992 Arema berhasil menjadi juara Galatama. Dengan modal pemain-pemain handal seperti
Aji Santoso,
Mecky Tata,
Singgih Pitono,
Jamrawi dan eks pelatih
PSSI M Basri, Arema mampu mewujudkan mimpi masyarakat kota Malang menjadi juara kompetisi elit di Indonesia.
Sejak mengikuti Liga Indonesia, Arema tercatat sudah tujuh kali masuk putaran kedua. Sekali ke babak 12 besar (1996/1997) dan enam kali masuk 8 besar (1999/2000, 2001, 2002, 2005, 2006 dan 2007). Walaupun berprestasi lumayan, Arema tidak pernah lepas dari masalah dana. Hampir setiap musim kompetisi masalah ini selalu menghantui sehingga tak heran hampir setiap musim manajemen klub selalu berganti. Pada tahun 2003, Arema mengalami kesulitan keuangan parah yang berpengaruh pada prestasi tim. Hal tersebut yang kemudian membuat pengelolaan Arema diserahkan ke
Bentoel (
PT Bentoel Internasional Tbk) pada pertengahan musim kompetisi 2003, meskipun pada akhirnya Arema terdegradasi ke Divisi I. Sejak kepemilikan Arema dipegang oleh Bentoel, prestasi Arema semakin meningkat; menjuarai Divisi 1 pada 2004, juara
Copa Indonesia pada 2005 dan 2006, serta juara
Piala Soeratin LRN U-18 pada 2007. Pada tahun 2006 dan 2007 Arema dan
Benny Dollo mendapatkan penghargaan dari Tabloid Bola sebagai tim terbaik dan Pelatih terbaik.
Monumen Singa Bola dari warga yang didedikasikan untuk Arema
Secara hukum pemilik Arema adalah
Yayasan Arema. Berdasarkan pengesahan SK Menkumham No. AHU-AH.01.06-317 pada tanggal 9 Mei 2012 atas akta Yayasan Arema yang dibuat oleh
Notaris Nurul Rahadianti disebutkan bahwa pengurus Yayasan Arema adalah;
Pada saat Arema dikelola oleh
Bentoel, Badan Hukum yang digunakan adalah PT. Arema Indonesia. Badan Hukum tersebut tetap digunakan oleh Yayasan Arema setelah Bentoel mengembalikan Arema kepada Yayasan pada tahun 2009 sampai dengan tahun 2015. Pada saat dikembalikan kepada Yayasan pada tahun 2009 tersebut, susunan Pemegang saham PT. Arema Indonesia adalah Yayasan Arema sebesar 13 lembar saham (93%, mayoritas) dan
Lucky Andriandana Zainal sebesar satu lembar saham (7%), yang diberikan sebagai penghormatan kepada beliau sebagai pendiri Arema. Direktur Utama PT. Arema Indonesia adalah
Iwan Budianto dan General Manager adalah
Ruddy Widodo.
Sejak 2015 Yayasan Arema membentuk badan hukum baru sebagai pengelola Arema FC akibat dari adanya larangan menggunakan PT. Arema Indinesia dari
Badan Olahraga Profesional Indonesia (BOPI) akibat adanya klaim kepemilikan dari pihak di luar Yayasan Arema. Badan Hukum baru yang digunakan dan didaftarkan oleh Arema sejak 2015 adalah PT. Arema Aremania Bersatu Bersaudara Indonesia (AABBI).
Arema sempat beberapa kali berganti nama:
- PS Arema Malang (1987 - 1995)
- PS Arema Bentoel (1995 - 2009)
- Arema Indonesia FC (2009 - 2013)
- Arema Cronus FC (2013 - 2016)
- Arema FC (2017 - Sekarang)